Herawati, seorang nenek yang salah satu dari jamaah haji
dari sintang tahun 2017
Alhamdulillah saya dapat mengobrol langsung dengan beliau
dan kodarullah cucu beliau adalah kawan saya sendiri yang saat ini kami tinggal
satu rumah di pontianak.
Sebelum melaksnakan ibadah haji sama seperti jamaah yang
lainnya yaitu menabung untuk biaya haji dan yang paling
penting menjaga kesehatan supaya saat ibadah haji bisa fokus dan tidak jatuh
sakit.
“Nenek pengen banget naik haji apalagi nenek ini kan dulunya
non muslim, alhamdulillah taun kemaren bisa naik haji juga,” ujar nenek, sambil
tersenyum.
Nenek herawati merupakan keturunan tionghoa yang memiliki nama
cina “Aqiun" dan memeluk agama islam setelah menikah dengan seorang pemuda melayu
asal sintang yang masih memiliki keturunan raja Keraton.
Beliau pun menceritakan perjalanannya saat melakukan ibadah
haji di mekah, hal yang paling berkesan dihati nenek ialah dapat melihat kabah
secara langsung dan bisa solat di masjidil haram.
Nenek menceritakan bahwa Di sintang jamaah dibimbing melakukan
manasik haji selama enam minggu oleh IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia),
pelaksanaan pelatihan manasik haji ini dilaksanakan dua kali setiap minggu
yaitu setiap hari Sabtu dan minggu.
Pada hari minggu pertama dijadwalkan cek kesehatan dan
setiap Jemaah wajib mengikuti. Ini merupakan syarat utama bagi para calon
jemaah haji bisa atau tidaknya untuk diberangkatkan.
Beliau pada saat hendak berniat haji membaca niat di miqot jedah dengan membaca “labaikallahuma hajjah”.
Yang nenek ketahui tentang ihrom adalah pakaian yang dipakai
oleh orang yang berhaji tanpa memakai wangi-wangian.
Saat ditanya tentang haji tamatu’ nenek hanya menjawab
mengabungkan umroh dan haji secara bersamaan.